Diam, kuterdiam
lagi lagi kuterdiam
lebih baik aku diam
menahan rasa yang terpendam
Amarah hadir tiba-tiba
menggoda emosi di dada
tapi ku hanya bisa diam
lagi-lagi ku terbungkam
Bukannya aku tak bisa
ku hanya tak mau, tak biasa
tak biasa merangkai kata-kata
sebagai pistol makian untuk mereka
Biarlah kusimpan dan kurasa
segumpal api membara
biarlah hilang agar tak membeku
bersama percikan air wudhu
Ah, dia datang lagi
amarah, kesombongan dan iri
lebih baik ku diam lagi
daripada ku sakit hati
ku hanya manusia biasa
penuh dengan alpa
ini bagian dari diriku
sebuah ketidaksempurnaanku